Rabu, 23 Mei 2012

Alasan Mengapa Anak Mengadu

Meski masih batita, si kecil pun "pandai" mengadu. seperti yang dikatakan Susanne Denham, profesor psikologi perkembangan dari George Mason University, Amerika Serikat, anak usia 18 bulan sudah bisa mengadu karena sudah muncul insting persaingan. Akan tetapi, perilaku mengadu si kecil berbeda dengan orang dewasa yang suka mengadu. Si kecil mengadu bukan hanya wajar, tetapi juga melatih kemampuannya berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat. Oleh karena itu, sebagai orang dewasa kita harus mampu menyikapinya dengan bijak. 
Ada beberapa alasan mengapa si kecil mengadu, berikut alasan - alasan anak mengadu :
1. Moral
   Di usia batita, si kecil sudah mulai mengenal nilai moral. Dia bisa menilai perilaku anak lain apakah melanggar aturan atau tidak. Misalnya saja, ketika si kakak memukul si kecil, si kecil tau bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sebelumnya kita telah menjelaskan nilai - nilai moral, salah satunya " tidak boleh menyakiti (memukul) orang lain". Karena si kecil tak mampu mengatasinya, maka si kecil mencari dukungan dengan cara mengadukan perlakuan kakaknya.
2. Mendapat Perhatian
    Masa batita, merupakan masa paling menyenangkan karena pada masa itu ia menjadi pusat perhatian dan ttidak boleh ada orang lain yang lebih diperhatikan orang tuanya daripada si kecil. Anak akan mengadu ketika merasa dirugikan untuk mendapat perhatian, dan ketika aduannya itu mendapat respon, pembelaan, dan kemaunnya diperhatikan, si kecil akan melakukan hal yang sama ketika hari berikutnya ia merasa dirugikan. Meski demikian, hal ini merupakan hal wajar karena batita belum memahami proses berbagi, yang ia pikirkan yaitu orang tuanya memperhatikan si kecil, bukan orang lain.
3. Persaingan
    Mengadu bisa jadi merupakan wujud dari persaingan antara adik - kakak, hal ini sering terjadi pada anak yang usianya tak terlalu jauh apalagi anak sadar bahwa ia merupakan pusat perhatian sehingga ia merasa yakin ia akan mendapat dukungan apabila mengadu.
4. Menguasai
    Ibu seringkali meminta kakak untuk menjaga adiknya, pada saat itu si kakak merasa di beri mandat dan berkuasa terhadap adiknya sehingga ketika sang adik tidak menuruti perkataan si kakak, kakak akan mengadukan hal tersebut kepada ibunya.
5. Kurang Perhatian atau lebih diperhatikan
    Jika anak kurang diperhatikan, sangat mungkin ia akan sering mengadu. Hal ini karena pada masa batita memang butuh perhatian, terutama dari orang tuanya. Dan pada beberapa anak., meski sudah diperhatikan, seringkali anak merasa ingin diperhatikan lebih dari biasanya.
6. Orang tua tidak objektif
    Perilaku orang tua pun berperan dalam perilaku mengadu anak, yaitu orang tua sering berperilaku tidak objektif terhadap anak, Misalnya saja ketika si kecil menangis, orang tua langsung menyalahkan si kakak padahal belum tentu si kecil menangis karena ulah kakaknya, hal ini mengakibatkan ketika di lain waktu si kecil menangis karena ulah kakaknya, akan dengan mudahnya ia mengadu karena ia yakin akan mendapat dukungan dari orang tuanya.

Sumber :Nakita edisi 14-20 Mei
   

Sabtu, 05 Mei 2012

pengenalan sains pada anak usia dini


A.           Pengertian Sains

Begitu banyak definisi tentang sains, diantaranya :
·      Kata sains berasal dari bahasa latin ” scientia ” yang berarti pengetahuan.
·      Berdasarkan webster new collegiate dictionary definisi dari sains adalah “pengetahuan yang diperolehmelalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. 
·      Amin ( 1987), mendifinisikan sains sebagai ilmu bidang alamiah, ruang lingkup zar dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam ( natural science)vswepet fisika, kimia, biologi.
·      James Conant  ( Holton dan Roller : 1958 , mendefinisikan sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut.
·      Sumaji menyatakan bahwa sains secara sempit adalah Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ), terdiri dari physical sciences dan life science.


B.            Pentingnya Sains

Anak pada usia dini sudah dikenalkankan dengan  sains, hal ini tentu saja mempertimbangkan pentingnya sains bagi anak. Di sini ada beberapa hal yang membuktikan pentingnya pengenalan sains pada anak usia dini.
 
Leeper ( 1994 ) menyampaikan bahwa :
1.         Pengembangan pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui pengguanaan metode sains, sehingga anak – anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi.
2.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak memiliki sikap ilmiah. Hal ini mendasar misalkan ; tidak cepat – cepat dalam mengmabil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati – hati terhadapa informasi – informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
3.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah.
4.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – nak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.
Dari uraian – uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya sains adalah :
-          Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari – sehari.
-          Membantu melekatkan aspek – aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga pengetahuan dan gagasan tenatang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.
-          Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda – benda serta kejadiandi luar lingkungannya.
-          Memfasilitasi dan mengemabngkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupan.
-          Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala – gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.
-          Membantu anak agar mampu mengguanakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari – hari.
-          Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.

C.           Tujuan Pengenalan Sains

Fungsi dan tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini :
·         Membantu anak usia dini menguasai produk sains.
- Membantu anak dalam pengenalan dan penguasaan :
a.  Fakta, yaitu hal yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi.
b. Teori, yaitu pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi.
c.  Konsep, yaitu rancangan; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
d.  Prinsip, yaitu asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir atau bertindak.
e.  Hukum, yaitu peraturan atau adapt yang secara resmi dianggap mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.
f. Istilah, yaitu kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas di bidang tertentu.
g. Proses, yaitu rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk.
h. Problem solving, yaitu sebagai pemecah masalah yang dilakukan oleh hasil pemikiran sendiri.
- Membantu anak mengenali, menguasai kumpulan pengetahuan, menjelaskan yang diketahuinya itu secara memadai kepada orang lain dan menyampaikan cara-cara yang digunakannya.
·         Membantu anak usia dini menguasai proses sains :
- Membantu anak dalam penguasaan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menggali sains sehingga anak menguasai cara kerja yang ditempuh dalam menyingkap alam dan menyelesaikan masalah yang terkait di dalamnya.
- Anak secara bertahap dan sederhana diperkenalkan dengan cara atau proses mengungkap sains yang benar, seperti proses :
a. Mengamati, yaitu melihat dan memperhatikan dengan teliti.
b. Menggolongkan, yaitu membagi-bagi atas beberapa golongan.
c. Mengukur, yaitu menghitung ukurannya (pangjang, besar, luas, tinggi, dsb) dengan alat tertentu.
d. Menguraikan, yaitu melepaskan hubungan bagian-bagian dari induk atau pusatnya.
e. Menjelaskan, yaitu menerangkan; mennguraikan secara terang.
f. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam.
g. Merumuskan problem, yaitu menyebutkan (menyimpulkan) suatu masalah dengan ringkas dan tepat.
h. Merumuskan hipotesis, yaitu menyebutkan (menyimpuklan) sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat, meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar.
i. Merancang penyelidikan termasuk eksperimen, yaitu membuat percobaan yang bersistem dan berencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori.
j. Mengumpulkan dan menganalisis data, yaitu mengumpulkan dan melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
k. Menarik kesimpulan, yaitu mengambil keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif, dan sebagainya.

Jumat, 04 Mei 2012

bimbingan dan relevansi tehadap profesionalisme seorang guru Anak Usia Dini



posting posting,,,
kali ini aku posting tentang profesionalisme seorang guru PAUD dan bimbingan,,,

Guru PAUD berkemampuan mengembangkan bimbingan kepada peserta didik dan relevansinya terhadap profesi
Pendidik PAUD yang ideal adalah seseorang yang memiliki kompetensi profesional yang terdidik dan terlatih baik, sera memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal, melainkan seseorang yang memiliki kompetensi pedagogi yaitu menguasai strategi dan tehnik mendidik, memiliki pengetahuan tentang cara-cara mendidik, maupun membuat rancangan kegiatan ( untuk satu tahun, seminggu dan harian) dan pengetahuan tentang kesehatan, mampu mengorganisasikan kelas. Ia memiliki kompetensi profesional, juga mengetahui bagaimana cara menghadapi berbagai macam permasalahan anak, mulai dari perkelahian antar anak sampai dengan menggiatkan kelompok belajar. Pendidik PAUD merupakan pendidik yang konsisten sekaligus luwes, humoris dan lincah dalam menghadapi kebutuhan, minat dan kemampuan anak. Juga memiliki kompetensi sosial, berinteraksi dengan orang tua, antar sesama pendidik, anak serta masyarakat. Keberadaan bimbingan konseling dilingkungan PAUD sangat dibutuhkan. Sebab, banyak perilaku bermasalah muncul pada peserta didik ketika dewasa yang disebabkan oleh masa lalunya di waktu kecil. Hal ini menunjukan bahwa masa-masa awal anak telah kecolongan dalam hal tindakan pencegahan terhadap munculnya perilaku bermasalah di masa depan. Tujuan utama diselenggarakannya bimbingan dan konseling di lembaga PAUD adalah mengantisipasi atau mengambil tindakan preventif terhadap munculnya perilaku bermasalah tersebut. Dengan demikian, sesungguhnya bimbingan dan konseling tidak hanya diberikan kepada anak didik yang telah bermasalah perilakunya saja, melainkan juga kepada mereka yang tidak bermasalah. Tentunya, mencegah akan jauh lebih baik daripada mengobati. Dengan kata lain, mencegah munculnya perilaku bermasalah pada anak-anak jauh lebih mudah daripada mengatasi perilaku bermasalah pada orang dewasa.
Program bimbingan dan konseling di lembaga PAUD merupakan program bimbingan yang bermanfaat secara positif, tidak sekadar reaktif dan korektif. Terlebih lagi, jika program bimbingan ini bersifat kontinum berkelanjutan, dan terus-menerus, mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi, bahkan sampai dimasyarakat. Tentu, hasilnya akan jauh lebih baik daripada bimbingan yang sifatnya eksidental semata. Tetapi, penekanan bimbingan dan konseling dapat berubah-ubah, sesuai dengan kebutuhan anak didiknya atau sesuai dengan taraf perkembangannya. Atas dasar ini, maka bimbingan konseling di PAUD tidak boleh hanya terfokus pada tumbuh kembangnya anak secara normal dan kompetensi calistung semata, melainkan juga harus menemukan jati diri anak didik yang unik dan khas, sesuai dengan kepribadiannya. Perlu ditegaskan disini bahwa bimbingan dan konseling di lembaga PAUD tidak hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai perilaku bermasalah, melainkan juga harus diberikan kepada mereka yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian, konseling bukan hanya untuk mengatasi perilaku bermasalah pada anak didik, melainkan juga tindakan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya anak secara maksimal. Pandangan ini menitik beratkan pada bimbingan yang bersifat preventif, kesehatan mental, dan pengembangan diri daripada bimbingan yang menitik beratan pada psikoterapi maupun diagnosis terhadap perilaku bermasalah.
Proses pendidikan dapat dilakukan melalui tiga bentuk kegiatan, yaitu bimbingan, pengajaran dan latihan. Melalui proses bimbingan anak dibantu untuk dapat mengembangkan berbagai aspek kemampuan yang dimilikinya, dan bilamana anak mengalami kesulitan atau hambatan dalam proses perkembangannya, maka layanan bimbingan juga perlu membantu agar permasalahan yang dihadapi tidak menghambat proses tumbuh kembang anak. Pengajaran juga menjadi suatu kegiatan yang dilakukan dalam upaya menyiapkan anak didik untuk dapat berperan di masa yang akan datang, karena melalui suatu proses kegiatan yang terencana dan ditangani oleh pihak yang berkompeten dapat terselenggara suatu proses pendidikan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga apa yang dicita-citakan diharapkan dapat tercapai.
Latihan menjadi suatu kegiatan yang tak kalah pentingnya dalam pelaksanaan proses pendidikan karena untuk mencapai sumber daya manusia yang bermutu tidak cukup hanya dibekali berbagai kemampuan yang bersifat kognitif afeksi saja, tetapi pada anak didik perlu dikembangkan berbagai kemampuan psikomotornya melalui berbagai latihan.
Kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dalam pelaksanaannya tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi kegiatan ini dilakukan secara terintegrasi yang bermuara pada tercapainya penyiapan peserta didik yang bermutu. Terintegrasi dalam pemahaman di atas dimaksudkan bahwa kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dilaksanakan secara bersama-sama dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Guru dikatakan profesional bila ia mampu melakukan berbagai tugas keprofesionalannya. Salah satu tugas profesional guru yaitu mampu melakukan layanan bimbingan di sekolahnya. Apabila guru sudah mampu melakukan layanan atau bimbingan dengan baik seperti yang telah dipaparkan diatas maka kesejahteraan dari guru ini patut untuk diperhitungkan. Hal ini terwujud dengan adanya program sertifikasi pada guru yang benar-benar profesional dalam bidangnya.

Semoga Bermanfaat,,,